Review buku “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat”
- Hadia Chanifah
- Aug 24, 2019
- 3 min read
Review bertolak pada sudut pandang penulis. Kesalahan dalam berpikir bukan mustahil terjadi. Kritik dan saran sangat diperlukan dalam perbaikan kedepan
Untuk pertama kalinya, saya memberanikan diri untuk menulis secara khusus bukan karena dorongan perasaan. Saya hendak menulis review buku ini dikarenakan pesan pada buku ini yang harus tersampaikan dan diarahkan ke jalan yang benar. Kenapa saya mengatakan diarahkan ke jalan yang benar? Sebab buku ini sudah menemukan ide yang luar biasa mengenai kehidupan akan tetapi sayangnya tidak didasarkan pada yang seharusnya. Saya tidak mengetahui apa agama dari sang penulis, akan tetapi karena saya seorang muslim maka review buku ini tentunya akan saya kaitkan dengan kehidupan seorang muslim. Bukan maksud untuk rasis, tapi ini karena saya menyayangi semua orang. Saya ingin setiap orang saling merasakan kebahagiaan, keteduhan, keadilan, ketenangan, dan semua kebaikan yang harusnya diberi dan diterima oleh tiap-tiap individu. Buku ini benar-benar akan menjadi luar biasa saat dilandasi dengan cara berpikir yang lebih dalam yakni dikaitkan dengan dasar kehidupan.
Menurut saya, buku ini dapat sedikit banyak menjawab permasalahan sosial yang sering dimiliki oleh tiap-tiap individu. Buku karangan Mark ini menjadi buku salah satu buku best seller dikarenakan judulnya yang tak biasa. Sepintas, saat membaca judul buku tersebut yang ada dipikiran kita adalah setelah membaca buku tersebut kita bisa berubah atau paling tidak mengetahui bagaimana caranya menjadi seseorang yang bersikap “bodo amat”. Memang tidak salah, tapi kita digiring untuk mendapatkan pemahaman “bodo amat” yang positif dan bukan “bodo amat” negatif.
Buku ini terdiri dari beberapa subbab. Subbab pertama dengan judul “Jangan berusaha” memantik diri. Mungkin akan muncul banyak spekulasi dengan judul “Jangan Berusaha”. Lalu apa yang dimaksud Mark Manson dengan jangan berusaha? Yang ia maksud adalah kita jangan berusaha untuk menjadi yang bukan kita. Berusaha untuk menjadi orang lain, itu yang tidak boleh kita lakukan. Mengapa? Karena setiap orang sudah dibekali potensi diri masing-masing dan kita hanya perlu menggali potensi dan kemudian mengembangkannya. Subbab pertama menceritakan kisah seorang pemabuk. Terlihat seperti seorang pemabuk tak dapat diandalkan. Tak akan jadi apapun kedepannya. Jika saat ini kamu juga berpikir seperti itu. Jika saja saat ini kau berpikir kau tak akan jadi apa-apa. hentikan pemikiran itu. Kita hentikan pemikiran itu bersama-sama. Jika pemabuk dan penjudi saja dapat merubah kehidupannya yang buruk menjadi lebih baik, apalagi kita. Siapapun dirimu, aku, kamu, dia dan yang lainnya telah diberikan potensi diri dengan kadar yang telah Ia tentukan. Kita hanya perlu menemukan potensi diri yang kita punya dan menjadikan hal itu bermanfaat bagi kita di kehidupan. Kita tidak perlu tercekik bila melihat diri kita tak sama dengan yang lain. Kita masih bernafas meski dengan hidung yang tak lebih mancung dari yang lain. Kita masih bisa melihat dan mata kita masih dapat terlindung dari debu meskipun bulu mata kita tak lentik. Kita masih bisa berjalan meski tubuh kita tak tinggi semampai. Kita tak perlu menyalahkan diri kita bila yang lain mampu jadi populer dengan menang ini itu, diundang sana sini, jadi kaya karena kerja dari pagi sampai pagi, kita tak perlu untuk memaksa diri kita menjadi diri orang lain. Kita hanya perlu menjadi diri kita sendiri. TITIK.
Kita memang tak bisa terbang seperti burung, tapi kita tetap bisa untuk menjelajahi ketinggian dengan pesawat terbang. Kita belajar bagaimana burung bisa terbang tanpa menjadi seekor burung. Itulah yang dinamakan memanfaatkan potensi diri dengan belajar dari orang lain tanpa menjadi orang tersebut. Kita masih bisa untuk belajar menjadi lebih baik dari orang lain. Kita perlu melihat mendengar dan merasakan bagaimana orang lain bisa berkembang untuk menjadi lebih baik. Dan takaran baik disini tentunya adalah takaran baik yang benar-benar baik. Bukan takaran baik yang hanya terlihat baik didepan tapi banyak cacat dikemudian. Temukan sosok yang benar-benar bisa diambil sebagai teladan kehidupan. Untuk menjadikan diri kita lebih baik tanpa menjadi dirinya. Sebab sampai kapanpun kita tak akan pernah menjadi orang lain. So, “Jangan Berusaha” kata Mark.

(To be Continued...)
コメント